Kamis, 13 September 2012

Sejarah PERMATA


SEJARAH PERMATA

Permata adalah singkatan dari persatuan mahasiswa pertambangan, permata merupakan wadah  bagi mahasiswa pertambangan untuk menuangkan aspirasi dan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan teknik pertambangan.
Awal terbentuknya permata dikarenakan terjadi ke vakuman pada jurusan pertambangan, kevakuman itu disebabkan karena kekurangan tenaga pengajar. jumlah tenaga pengajar pada saat itu hanya berjumlah 2 orang yaitu, Ir. Marzuki dsn Ir. Sarji kartosudiro.
Sekitar tahun 1965-an terjadi pemberontakan G-30 SPKI dan banyak mahasiswa pertambanagan dan tenaga pengajar dianggap terlibat mendukung PNI yang tergabung dalam ISRI. Semua yang terlibat mendukung ISRI dikeluarkan dari teknik pertambangan, dengan kejadian ini mulai keluar isu-isu yang menyatakan bahwa jurusan pertambangan akan ditutup, hal ini lah yang mendasari terbentuknya PERMATA (Persatuan Teknik Petambangan). Nama PERMATA diusulkan oleh Sarbini Husein Alam saat itu. Orang yang petama kali menjadi ketua PERMATA adalah Submanuri Bur, beliau meninggal dunia dikarenakan kecelakan lalulintas di lampung sebelum menyelasaikan sarjananya.
Sejak  itu mahasiswa yang tergabung dalam PERMATA berinisiatif mencari tenaga pengajar yang baru dengan mengajukan permohonan tenaga pengajar ke ITB,PN BANGKA, dan  PN. TABA (yang sekarang PT.BA tanjung enim). Permohonan tersebut di respon oleh ITB sehingga Ir. Secha Diweria dan Ir. Willy Ferdinandus menjadi tenaga pengajar di jurusan pertambangan Universitas Sriwijaya. Selain itu tenaga pengajar dari PN. TABA hanya bisa memberikan kuliah 1X dalam 1 semester itu pun seluruh mata kuliah dihabiskan dalam waktu 1 minggu. Pada kondisi ini jurusan pertambangan masih merasakan kurangnya tenaga pengajar, sehingga ada rekomendasi dari jurusan untuk mengirimkan 15 mahasiswa untuk menyelesaikan S1 di ITB diharapkan mahasiswa-mahasiwa ini dapat menjadi tenaga pengajar di jurusan pertambangan UNSRI. Dari ke-15 mahasiswa hanya separuh yang pulang ke UNSRI diantaranya Tigor Sihombing, Machmud Hasjim, Darul Zahri Yazir, Suwahyono, Nawawi Aziz, Nawawi Machmud, dan Sulendro.


1.     Buku yang berwarna biru bermakna mahasiswa pertambangan harus selalu mengaplikasikan ilmu di alam dengan pedoman teori didalam buku, warna biru menunjukkan ilmu pertambangan sangat luas.
2.    Lapisan-lapisan penutup mineral berharga sangat banyak, sehingga menjadi tugas para miner untuk dapat membuka lapisan tersebut dan mineral yang di bawahnya dapat di manfaatkan, warna merah tua menunjukkan umur perlapisan sangat tua (umur geologi).
3.   Mineral-mineral berharga yang masih terpendam harus dimanfaatkan sesuai dengan pedoman buku ilmu tambang (letaknya dibawah buku), warna hitam menunjukkan mineral tersebar di berbagai tempat.
4.     Palu geologi merupakan alat yang digunakan pada saat itu, dan sering digunakan oleh miner.

     Sejarah diatas masih kurang lengkap, karena diperoleh dari satu sumber yaitu H. Akib Abro salah satu dosen teknik pertambangan unsri.

download file disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar