SEJARAH PERMATA
Permata adalah singkatan dari persatuan mahasiswa
pertambangan, permata merupakan wadah
bagi mahasiswa pertambangan untuk menuangkan aspirasi dan melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan teknik pertambangan.
Awal terbentuknya permata dikarenakan terjadi ke
vakuman pada jurusan pertambangan, kevakuman itu disebabkan karena kekurangan
tenaga pengajar. jumlah tenaga pengajar pada saat itu hanya berjumlah 2 orang
yaitu, Ir. Marzuki dsn Ir. Sarji kartosudiro.
Sekitar tahun 1965-an terjadi pemberontakan G-30
SPKI dan banyak mahasiswa pertambanagan dan tenaga pengajar dianggap terlibat
mendukung PNI yang tergabung dalam ISRI. Semua yang terlibat mendukung ISRI
dikeluarkan dari teknik pertambangan, dengan kejadian ini mulai keluar isu-isu
yang menyatakan bahwa jurusan pertambangan akan ditutup, hal ini lah yang
mendasari terbentuknya PERMATA (Persatuan Teknik Petambangan). Nama PERMATA
diusulkan oleh Sarbini Husein Alam saat itu. Orang yang petama kali menjadi
ketua PERMATA adalah Submanuri Bur, beliau meninggal dunia dikarenakan
kecelakan lalulintas di lampung sebelum menyelasaikan sarjananya.
Sejak itu
mahasiswa yang tergabung dalam PERMATA berinisiatif mencari tenaga pengajar
yang baru dengan mengajukan permohonan tenaga pengajar ke ITB,PN BANGKA,
dan PN. TABA (yang sekarang PT.BA
tanjung enim). Permohonan tersebut di respon oleh ITB sehingga Ir. Secha
Diweria dan Ir. Willy Ferdinandus menjadi tenaga pengajar di jurusan
pertambangan Universitas Sriwijaya. Selain itu tenaga pengajar dari PN. TABA
hanya bisa memberikan kuliah 1X dalam 1 semester itu pun seluruh mata kuliah
dihabiskan dalam waktu 1 minggu. Pada kondisi ini jurusan pertambangan masih
merasakan kurangnya tenaga pengajar, sehingga ada rekomendasi dari jurusan
untuk mengirimkan 15 mahasiswa untuk menyelesaikan S1 di ITB diharapkan
mahasiswa-mahasiwa ini dapat menjadi tenaga pengajar di jurusan pertambangan
UNSRI. Dari ke-15 mahasiswa hanya separuh yang pulang ke UNSRI diantaranya
Tigor Sihombing, Machmud Hasjim, Darul Zahri Yazir, Suwahyono, Nawawi Aziz,
Nawawi Machmud, dan Sulendro.
1. Buku
yang berwarna biru bermakna mahasiswa pertambangan harus selalu mengaplikasikan
ilmu di alam dengan pedoman teori didalam buku, warna biru menunjukkan ilmu
pertambangan sangat luas.
2. Lapisan-lapisan
penutup mineral berharga sangat banyak, sehingga menjadi tugas para miner untuk
dapat membuka lapisan tersebut dan mineral yang di bawahnya dapat di
manfaatkan, warna merah tua menunjukkan umur perlapisan sangat tua (umur
geologi).
3. Mineral-mineral
berharga yang masih terpendam harus dimanfaatkan sesuai dengan pedoman buku
ilmu tambang (letaknya dibawah buku), warna hitam menunjukkan mineral tersebar
di berbagai tempat.
4. Palu
geologi merupakan alat yang digunakan pada saat itu, dan sering digunakan oleh
miner.
Sejarah diatas masih kurang lengkap, karena diperoleh dari satu sumber yaitu H. Akib Abro salah satu dosen teknik pertambangan unsri.
download file disini
download file disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar